Moms, Sebaiknya jangan Menirukan Bahasa Gemas Balita

Ibu-ibu pasti setuju ya kalo anak balita sedang belajar bicara itu lucu sekali. Anak-anak usia 2-3 tahun sedang belajar memproduksi kata-kata yang menggemaskan sekali. Dan sering kali anak-anak balita ini menangis karena orang dewasa di sekitarnya tidak mengerti apa yang dimaksud. Setiap anak pasti memiliki perkembangan dan kemampuan yang berbeda ya. Ada anak balita yang sudah sangat jelas mengucapkan setiap kata, ada yang setiap mengucap kata berakhiran ‘l’ berubah jadi ‘n’, atau ada juga yang sama sekali tidak bisa mengucapkan kata berawalan “r”.

Keadaan seperti ini sedang saya alami. Anak bungsu saya yang usianya 2,5 tahun sedang sangat cerewet dan menggemaskan jika sedang mengucapkan kata-kata yang lucu. Banyak kosakata yang membuat kami jadi ingin peluk jika sedang bicara.  Contohnya kata yang berakhiran “l” dan “r” pasti berubah jadi “n”, seperti “kasur” jadi “kasun”, “tidur” jadi “tidun”, “pukul” jadi “pukun”, dan masih banyak lagi, bisa dibayangkan betapa lucunya ya. Dan karena gemas kami tidak bisa menahan untuk tidak menirunya.

Seperti pengalaman saya ketika berusaha meniru kata sisir menjadi cicin justru membuat anak saya bingung ketika mendengarnya. Namun, ketika saya perbaiki dengan mengucapkan kata sisir yang benar dia justru mengerti. Maka, sebaiknya tidak meniru bahasa gemas balita karena beberapa hal berikut:

  1. Sebenarnya anak-anak ini dapat mendengar kata-kata yang diucapkan orang dewasa dengan baik, lalu berusaha mengucapkannya dengan keterbatasan karena masih berlatih. Jadi jika kita malah meniru kosakata yang salah justru membuat mereka bingung dan kemungkinan terburuknya dapat membuat mereka tidak mau lagi bicara karena kesulitan menangkap kata yang mana yang harus ditiru. Hal ini jika terus dilakukan akan menghambat perkembangan bahasa anak.
  2. Keterbatasan yang anak-anak balita alami ini karena koordinasi lidah dan mulutnya sebagai salah satu organ bicara belum matang yang akan semakin kuat ketika bertambahnya usia. Maka semakin bertambahnya usia seharusnya semakin baik dalam berbicara. Oleh sebab itu, orang dewasa di sekitarnya harus tetap memberikan stimulasi pengucapan kata-kata yang benar.
  3. Orang dewasa di sekitar anak tidak perlu harus selalu setiap saat mengulang kata yang benar ketika anak selesai berbicara. Hal ini semata-mata untuk menghindari anak-anak merasa bosan atau malah malas bicara ketika selalu dikritik. Orang tua cukup selalu mengucapkan kosa kata yang benar ketika berbicara dengan balita.
  4. Berbicaralah lebih lambat untuk menekankan kosakata yang sedang dilatih balita dengan intonasi yang agak tinggi untuk memperjelas. Tentu saja disertai dengan mimik wajah dan tersenyumlah.

Menirukan bahasa balita yang gemas sesekali dalam situasi tertentu boleh saja ya ibu-ibu. Namun, jika meniru untuk komunikasi sehari-hari sebaiknya tidak dilakukan.