Pentingnya Imajinasi dan Bahaya Fantasi untuk Usia 0-6 Tahun

“Miss, aku potong jari-jarinya miss sini”

“Miss, aku pukul pake palu biar mati ya”

“Miss, lempar aja ke tong sampah”

Respon apakah jika anda mendengar seorang anak usia dini mengatakan kalimat-kalimat seperti ini dengan wajah dan ekspresi yang datar? Apakah kita sebaiknya langsung mengoreksi kalimatnya dan menyalahkannya? Atau apakah anda langsung menyalahkan dengan nada tinggi dan meninggalkannya jika anak mengucapkan kembali kalimat tersebut?

Sebelum menentukan respon apa yang sebaiknya orang dewasa lakukan, mari kita telaah dahulu apa itu imajinasi dan fantasi.

Menurut teori Montessori, imajinasi dan fantasi memiliki makna yang berbeda.

Imajinasi

Montessori mendefinisikan imajinasi sebagai kemampuan anak-anak untuk menciptakan dan mengembangkan ide-ide, konsep-konsep, dan cerita-cerita yang berdasarkan pada realitas atau pengalaman sebenarnya.

Contoh kegiatan yang dapat meningkatkan imajinasi yaitu seperti kegiatan praktis sehari-hari (Montessori EPL area) seperti menyapu, menuang benda, memindahkan benda, memasak, membaca buku tentang alam, hewan dan tumbuhan, cerita-cerita rakyat.

Kegunaan anak berpikir imajinasi adalah membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis. Imajinasi membantu anak-anak mengembangkan kemampuan problem-solving dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi. Imajinasi juga membantu anak-anak mengembangkan kemampuan sosial, seperti berbagi, bekerja sama, dan menghargai perspektif orang lain.

Fantasi

Montessori mendefinisikan fantasi sebagai kemampuan anak-anak untuk menciptakan dan mengembangkan ide-ide, konsep-konsep, dan cerita-cerita yang TIDAK berdasarkan pada realitas atau pengalaman sebenarnya. Fantasi dapat menjadi kemampuan yang berguna untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan berfantasi, tetapi juga dapat menjadi kemampuan yang berbahaya jika tidak dikembangkan dengan benar dan tidak diarahkan ke arah yang positif.

Contoh kegiatan Fantasi : menonton kartun-kartun yang bentuknya serta aktifitasnya tidak realistis misalnya Tom & Jerry dimana tokoh hewan yang saling memukul dan seperti tidak merasakan sakit setelah dipukul.

Sebetulnya berfantasi juga dapat mengembangkan kreatifitas namun berfantasi BELUM tepat untuk usia 0-6 tahun karena anak usia dini ini masih dalam tahap berpikir konkret. Semua yang mereka lihat, dengar dan rasakan dapat didefinisikan hal yang lumrah dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, bayangkan jika anak menonton kartun Tom & Jerry atau kartun-kartun lain dengan melakukan kekerasan seperti memukul, memotong, memalu dikemas dalam video tontonan yang bentuknya menarik dan lucu. Anak usia dini ini akan berpikir bahwa memukul orang tidak akan sakit, atau memotong bahkan membunuh adalah sesuatu yang wajar dilakukan.

Oleh karena itu, sangatlah bijak orang tua dapat memberikan tontonan yang realistis dan menghindari kekerasan. Atau bahkan adegan bahwa manusia dapat terbang atau berubah menjadi bentuk lain yang jauh dari kenyataan.

Lalu, ketika kita mendengar anak dengan fantasi yang tidak tepat adalah merespon dengan lebih Proaktif Bukan Reaktif. Daripada menyalahkan dengan berteriak atau bahkan mengancam lebih baik respon dengan intonasi biasa dan kembalikan kata-kata negatif itu ke kalimat yang seharusnya, misalnya jika anak mengatakan ‘’aku potong jari miss ya..,” dapat direspon dengan “maksudnya yang bisa dipotong adalah kentangnya ya”.

Fokus saja pada kegiatan yang seharusnya anak lakukan, dengan begitu anak dapat menyadari dan perlahan memahami kata-kata yang tepat digunakan.